CERITA WAKTU DIRUMAH SAKIT

          Kemarin aku dan suamiku sama-sama masuk rumah sakit karena sakit Malaria Tropika. Malaria adalah penyakit yang sering dialami disini. Pada awalnya aku ngga mau dirawat dirumah sakit. Alasannya klise takut jarum suntik ƗƗɐƗƗɐƗƗɐƗƗɐ. Tapi ada juga penyebab lainnya karena suamiku harus kerja jadi aku ngga mau membebaninya. Jika pagi sampai sore kerja dan malam harus menjaga aku dirumah sakit.    
             
              Di Papua ini hanya ada kami berdua. Ada saudara ipar tapi tinggal di propinsi lain. Ada juga saudara sepupu tapi juga jauh. Praktis tidak ada yang dimintai tolong buat jaga. Tetangga..?? Karena banyaknya suku jadi apa ya...?? Sifatnya sudah cenderung acuh tak acuh. Kepedulian antar sesama jadi kurang.

   

                Ternyata berobat di klinik rumahan beda sama di Jawa. Sekarang aku mengerti alasan tetanggaku ngga mau berobat di klinik rumahan. Sakit hanya diketahui lewat keluhan si penderita. Jika cek darah hasilnya sudah diketahui tinggal ditanyai keluhannya. Dokter sama sekali tidak menyentuh pasiennya. Dilihat tensi darahnya sudah selesai. Dokter hanya duduk manis dikursinya nulis resep obat lalu diberikan pada pasien. Tidak ada acara suntik menyuntik. Waktu diperiksa diklinik hasil tes darah dibilang negatif maka dokter menyimpulkan aku sakit typus. Tapi walau minum obat dah berjalan 3 hari ngga sembuh-sembuh maka suamiku membawaku kerumah sakit.
             Waktu itu. Kondisi suamiku juga sedang sakit parah. Jadi praktis kami masuk rumah sakit sama-sama. Kami berdua menderita sakit Malaria Tropika. Resep obat nitip pada keluarga pasien lain yang iba pada penderitaan kami. Aku memilih dirawat diranap 3, kelas ekonomi. Biar murah walau fasilitasnya ngga ada AC, TV dan kulkas. 

               Disampingku ada pasien yang udah uzur yang menderita sakit komplikasi. Aku jadi teringat pada almarhum nenekku. Sifatnya sama seperti nenek kembali seperti anak kecil yang suka merajuk.     Dia ditunggui sama anaknya. Yang bikin aku trenyuh perhatiannya pada mamanya ini sangat-sangat mulia. Dia sayang sekali sama mamanya. Dari membuang Pubnya. Mamanya memakai popok dewasa, membuang pipisnya. Memandikannya. Padahal dia seorang COWOK..!! Karena ranap 3 sangat panas mamanya suka menyuruhnya mengipasinya tanpa henti. Kadang menyuruhnya memijitinya. Dan juga penuh sayang menyuapinya dengan telaten.     Aku suka memperhatikannya.

             

               Suatu hari ibu dan anak ini bertengkar. Ibunya menangis dan anaknya pamit keluar untuk menebus obat buat mamanya. Lalu ibu itu memanggilku.      " Nak...bisakah kau menolongku..?"     Aku memandangnya bingung, вαgαιмαηα αкυ вιѕα мєησℓσηgηуα ‎נιкα αкυ ѕєη∂ιяι ∂ιвєвαт тαℓι ιηƒυѕ ѕαмα ѕєρєятι ∂ιяιηуα.    " Apa yang bisa aku bantu bu..?" Kataku.    " Tolonglah kemarilah.." Katanya sambil mengusap air matanya.    Walau kepalaku rasanya dipukuli palu godam aku ngga bisa menolak permintaan orang sakit. Aku baru saja disuntik malaria waktu itu. Aku lalu duduk disampingnya dan memegang tangannya.     " Nama anakku tadi Michael. Dia anakku nomor 3 " ceritanya " anakku nomor satu dan dua sukses. Tapi dia tidak sayang sama aku. Sudah tahu ibunya dirawat seminggu disini dia tidak mau menjengukku"     " Anak ibu tinggal dimana..? Mungkin dia repot atau.."    Dia tersenyum sinis,     " Dia tinggal dikota ini juga kok nak.."    MasyaAllah...aku tertegun. Ibunya sakit komplikasi gula, asam urat dan apa lagi aku lupa. Walau kondisi dia masih bisa diajak bicara tapi bisa saja sewaktu-waktu dipanggil sama Tuhan YME. Benar-benar keterlaluan anaknya. Apa susahnya datang dan bercakap-cakap walau hanya sepuluh menit saja..?    " Tadi..aku dengar pembicaraan anak dengan Michael.., aku tahu anak itu sejak kemarin tidak makan.." Dia mulai menangis terisak-isak " kudesak makan bilangnya nanti, atau bilangnya sudah makan. Tapi aku tahu dia membohongi aku..."     Iya pemuda itu memang kelihatan makin hari makin pucat. Dia juga tidak kelihatan pergi keluar. Pergi cuma nebus resep ibunya. Yang kutahu dia hanya minum air putih saja. Jika kutanya dia menjawab sedang diet sambil tertawa.     " Dia hanya minum air putih, anakku hanya memberi uang obatku..itupun dipas. Jadi dia tidak punya uang buat makan. Nak bisakah aku minta uang sedikit saja.. buat makan Michael..? " Katanya meratap sambil menangis.     Aku kepikiran biaya rawatku dan suamiku. Aku sampai pinjam sama ibu karena takut kurang. Karena sejak dari bulan november kemarin pengeluaran kami tiada henti. Praktis hampir tidak ada uang tersisa. Apalagi tanggal tua begini. Suami belum gajian pula.    Tapi..aku tak bisa melihat penderitaan ibu dan anak ini juga. Michael juga suka membantuku. Agar aku tak kerepotan dan bangun dari tempat tidur, dia membantuku mengecharge hpku. Mengambilkan aku minum karena mejaku sangat jauh dari tempat tidur. Aku mengeluarkan selembar uang lima puluh ribu.    " Kasihkan ini pada putra ibu.." Kataku lirih.    Ibu itu semakin menangis terisak-isak. Dan mengucapkan banyak-banyak terima kasih. Aku percaya sama keadilan Allah SWT. Dia akan membantuku mengeluarkan permasalahanku nanti. Biaya rawat inap aku dan suamiku. Aku percaya itu...                    
                      

                                                          -=TAMAT=-